Friday, 16 March 2012

Laporan Praktikum ke-1 (Konfigurasi Router dengan CLI) Konfigurasi Device dengan Menggunakan Tab CLI

Filled under:


Mengkonfigurasi static routing
Membangun static routing pada router-router tidak begitu sulit. Anda tinggal
masuk ke global configuration mode dan jalankan formula berikut pada masingmasing router yang akan dikonfigurasikan Ip route Berikut ini adalah detail untuk masing-masing opsi :
· Ip route : perintah untuk membuat static routing itu sendiri
· Destination : network tujuan yang hendak ditambahkan ke routing table
· Mask : subnet mask yang digunakan dalam network
· Next_hop_address : address dari hop router selanjutnya, yakni yang akan
menerima paket dan mem-forward-nya lagi ke network
remote. Tidak lain berupa interface router dari router dari
network yang terkoneksi secara langsung.
Contoh : Router(config)#ip route 10.1.1.1 255.0.0.0 172.16.1.1 Artinya :
Ip network tujuan : 10.1.1.1
Mask : 255.0.0.0
IP Next hop : 172.16.1.1

Mengkonfigurasi static routing pada Packet Tracer
Simulasikan desain jaringan di bawah ini, gunakan Static Routing
1. Konfigurasi masing-masing PC
PC 0 : 192.168.2.2
PC 1 : 192.168.2.3
PC 2 : 192.168.1.2
Klik pada PC yang akan diset. Pilih menu Desktop. Pada IP Configuration, ketik IP Address, subnet mask dan default gateway (nomor IP dari Router yang terhubung langsung ke PC tersebut).
2. Konfigurasi masing-masing Router
Klik router yang akan dikonfigurasi. Pilih menu Config. Pilih Interface -> Serial
3/0. Isi IP Address dan Subnet Mask-nya. Jangan lupa ON kan Port Status. Lakukan hal yang sama untuk interface yang lain (serial maupun fastethernet). Khusus untuk koneksi serial, jika router yang dikonfigurasi merupakan sisi DCE, isilah clock rate yang besarnya tergantung dari setting yang diinginkan.
Router 2
Serial 3/0 : 172.16.1.1 -> DCE
Serial 2/0 : 172.16.2.2
Fe 0/0 : 192.168.2.1
Router 0
Serial 2/0 : 172.16.1.2
Serial 3/0 : 172.16.0.1 -> DCE
Fe 0/0 : 192.168.1.1
Router 1 :
Serial 3/0 : 172.16.0.2 -> DCE
Serial 2/0 : 172.16.2.1 -> DCE
Fe 0/0 : 10.0.0.1
3. Jika seluruh device sudah selesai dikonfigurasi, lakukan pengecekan koneksi antar masing-masing device tersebut dengan perintah ping
Router 2 :
Router>enable
Router#configure terminal
Router(config)#int
Router(config)#interface se 3/0
Router(config-if)#IP Address 172.16.1.1 255.255.255.252
Router(config-if)#clock rate 9600
Router(config-if)#no shutdown
Router(config-if)#exit
Router(config)#interface se 2/0
Router(config-if)#IP Address 172.16.2.2 255.255.255.252
Router(config-if)#no shutdown
Router(config-if)#exit
Router(config)#interface fa 0/0
Router(config-if)#IP Address 192.168.2.1 255.255.255.0
Router(config-if)#no shutdown
Router 0 :
Router(config-if)#interface se 2/0
Router(config-if)#IP Address 172.16.1.2 255.255.255.252
Router(config-if)#no shutdown
Router#configure terminal
Router(config)#interface se 3/0
Router(config-if)#IP Address 172.16.0.1 255.255.255.252
Router(config-if)#no shutdown
Router(config-if)#exit
Router(config)# int
Router(config)# interface fa 0/0
Router(config-if)#IP Address 192.168.1.1 255.255.255.0
Router(config-if)#no shutdown
Router 1 :
Router>enable
Router#configure terminal
Router(config)#int
Router(config)#interface se 3/0
Router(config-if)#IP Address 172.16.0.2 255.255.255.252
Router(config-if)#clock rate 9600
Router(config-if)#no shutdown
Router(config-if)#
Router(config)#interface se 2/0
Router(config-if)#IP Address 172.16.2.1 255.255.255.252
Router(config-if)#clock rate 9600
Router(config-if)#no shutdown
Router(config-if)#exit
Router(config)#int
Router(config)#interface fa 0/0
Router(config-if)#IP Address 10.0.0.1 255.255.255.0
Router(config-if)#no shutdown

Posted By Untari WidiastutiFriday, March 16, 2012

Wednesday, 14 March 2012

CORE LAYER, DISTRIBUTION LAYER, & ACCESS LAYER

Filled under:





1. Core Layer
Core layer dianggap sebagai tulang punggung jaringan dan termasuk high-end switch dan kabel berkecepatan tinggi seperti fiber optic dan lapisan inti bertanggung jawab untuk kecepatan dan transportasi data dapat diandalkan di seluruh jaringan. Pada core layer keefektivitasan adalah kuncinya. Sistem yang lebih sedikit dan lebih cepat menciptakan backbone yang lebih efisien. Ada beberapa peralatan yang tersedian dalam layer ini. Contoh peralatan core layer Cisco meliputi:

  • Cisco switches seperti 7000, 7200, 7500, and 12000 (dipakai dalam WAN)
  • Catalyst switches seperti 6000, 5000, dan 4000 (dipakain dalam LAN)
  • T-1 and E-1 lines, Frame relay connections, jaringan ATM, Switched Multimegabit Data Service (SMDS)
  • Provides up to twice the performance compared to the Cisco 7301—up to two million packets per second (mpps) in Cisco Express Forwarding (CEF)
  • Offers four built-in Gigabit Ethernet (GE) ports
  • Provides one dedicated 10/100-Mbps copper Ethernet port for management
  • Provides one USB port for general storage and security token storage
  • Provides a single Cisco 7000 Series port adapter slot
  • Offers front-to-back airflow and single-sided management
Yang tidak boleh dilakukan :
• tidak diperkenankan menggunakan access list, packet filtering, atau routing VLAN.
• tidak diperkenankan mendukung akses workgroup.
• tidak diperkenankan memperluas jaringan dengan kecepatan dan kapasitas yang lebih besar.
Yang boleh dilakukan :
• melakukan desain untuk keandalan yang tinggi ( FDDI, Fast Ethernet dengan link yang redundan atau ATM).
• melakukan desain untuk kecepatan dan latency rendah.
• menggunakan protocol routing dengan waktu konvergensi yang rendah.

2. Distribution Layer
Lapisan ini mencakup LAN berbasis router dan layer 3 switch. Lapisan ini memastikan
bahwa paket yang benar diarahkan antara subnet dan VLAN di perusahaan anda. Lapisan ini juga disebut lapisan karena merupaan titik komunikasi antara access layer dan core layer. Fungsi utamanya adalah routing, filtering, akses WAN, dan menentukan akses core layer jika diperlukan. Menentukan path tercepat/terbaik dan mengirim request ke core layer. Core layer kemudian dengan cepat mengirim request tersebut ke service yang sesuai.
Lapisan ini bertanggung jawab atas routing. Juga menyediakan konektivitas jaringan berbasis pada kebijakan, termasuk:
  • Packet filtering (firewalling)
  • QoS
  • Access Layer Aggregation Point
  • Control Broadcast and Multicast
  • Application Gateways
Lapisan ini juga melakukan antrian dan menyediakan manipulasi paket data dari lalu lintas jaringan. Hal ini di lapisan di mana kita mulai melakukan kontrol atas transmisi jaringan, termasuk apa yang masuk dan apa yang keluar dari jaringan. Kita juga akan membatasi dan menciptakan broadcast domain, menciptakan virtual LAN, jika perlu, dan melakukan berbagai tugas
pengelolaan, termasuk mendapatkan ringkasan rute. Dalam ringkasan rute, kita menggabungkan
lalu lintas dari subnet banyak ke dalam koneksi jaringan inti. Dalam router Cisco, perintah untuk
mendapatkan ringkasan routing adalah:
show ip route summary (menunjukkan ringkasan ip route)
Contoh peralatan pada layer ini Cisco-spesifik lapisan termasuk 2600,4000, 4500 router series,
Cisco Catalyst 6500 Series Switches
Supports all Cisco Catalyst 6500 Series modules, including:Supervisor enginesFast Ethernet
modules (with IEEE 802.3af Power over Ethernet [PoE])Gigabit Ethernet modules (with IEEE
802.3af PoE)10 Gigabit Ethernet modulesFlex WAN modulesShared Port Adaptors/SPA
Interface ProcessorsMulti-Gigabit services modules (content services ,firewall, intrusion
detection, IP Security [IPSec], VPN, network analysis, and Secure Sockets Layer [SSL]
acceleration).


3. Access Layer
Lapisan ini meliputi hub dan switch. Lapisan ini juga disebut lapisan desktop karena
berfokus pada node klien yang terhubung, seperti workstation ke jaringan. Lapisan ini
memastikan bahwa paket yang dikirim ke komputer pengguna akhir.
Access layer berisi perangkat yang memungkinkan kelompok kerja dan pengguna untuk
menggunakan layanan yang diberikan oleh distribution layer dan core latyer. Pada access layer,
kita memiliki kemampuan untuk memperluas atau collision domain kontrak menggunakan
repeater, hub, atau switch standar. Berkenaan dengan lapisan ini, switch bukan sebuah perangkat
bertenaga tinggi, seperti yang ditemukan di core layer.
Beberapa perangkat yang termasuk Access Layer :
•Cisco 3900 Series Integrated Services Routers
•Cisco 2900 Series Integrated Services Routers
•Cisco 1900 Series Integrated Services Routers
•Cisco 800 Series Routers
•Linksys by Cisco WRT54GL SoHo Router

  • · Core Layer di tangani mesin core.uad.ac.id BSD Minded dipadukan denganCisco Catalyst L3 (support multilayer) [118.97.x.x] dimana menangani jalur backbone utama ke ISP dan jalur Inherent
  • · Distribution Layer di tangani mesin router Mikrotik 3.23 level 6 menangani routing terpusat, jadi semua unit /lokasi tidak ada NAT kecuali untuk Lab, sehingga kita bisa terhubung ke semua device pada masing-masing unit /kampus.
  • Access Layer ditangani mesin Mikrotik Router 3.23 level 6 dengan di bantumanagable switch besutan Nortel dengan spesifikasi Nortel 2550T menangani VLAN di masing-masing kampus.

Posted By Untari WidiastutiWednesday, March 14, 2012

Wednesday, 7 March 2012

Profilku

Filled under:

Heyy,, what’s up you..

Perkenalkan namaku Untari Widiastuti. Orang-orang lebih akrab memanggilku TARI. Aku lahir tanggal 23 Agustus 1992. Aku orang Kudus asli. Aku anak pertama dari dua bersaudara. Sekarang aku sedang menempuh studi S-1 di Universitas Negeri Semarang program studi Pendidikan TIK (PTIK).
Senang sekali rasanya kuliah di prodi ini karena bisa mengenal lebih dekat dengan dunia komputer. Dari bahasa software, hardware, jaringan, dan yang lainnya.
Mengenai dunia blogging, aku mengenalnya saat aku ada tugas TIK membuat blog kelas XI SMA. Waktu itu pertama kali aku memilih blog wordpress. Ditambah lagi Alam Yuda, seseorang yang telah menginspirasiku untuk mendalami dunia blogging.
Menurutku dunia blogging ini tidak sesulit amat, kita hanya mengedit tampilan html nya saja. Biasanya source kode html sudah disediakan di google, tinggal kita aja yang searching terus copas di tampilan html blog kita.
Semoga blog ini memberikan manfaat kepada siapa saja yang membaca dan mengunjungi blogku. Jangan lupa komen dan mampir di blogku yaa. Hope you enjoy this site ^_^

Posted By Untari WidiastutiWednesday, March 07, 2012

Monday, 5 March 2012

CIDR DAN VLSM

Filled under:

CIDR
CIDR (kepanjangan dari Classless Inter Domain Routing) adalah suatu jenis pembagian IP address alternative yang menghindari cara pembagian IP address tradisional mengunakan klas A, B dan C. CIDR memakai network prefix dengan panjang tertntu. Network prefix ini menentukan jumlah bit sebelah kiri yang digunakan sebagai network ID. Contoh dari penulisan dari network previx adalah /18 dibelakang ip address. Contoh : 202.168.0.1 /18.
Masalah yang terjadi pada sistem yang lama adalah bahwa sistem tersebut meninggalkan banyak sekali alamat IP yang tidak digunakan. Sebagai contoh, alamat IP kelas A secara teoritis mendukung hingga 16 juta host komputer yang dapat terhubung, sebuah jumlah yang sangat besar. Dalam kenyataannya, para pengguna alamat IP kelas A ini jarang yang memiliki jumlah host sebanyak itu, sehingga menyisakan banyak sekali ruangan kosong di dalam ruang alamat IP yang telah disediakan.

CIDR dikembangkan sebagai sebuah cara untuk menggunakan alamat-alamat IP yang tidak terpakai tersebut untuk digunakan di mana saja. Dengan cara yang sama, kelas C yang secara teoritis hanya mendukung 254 alamat tiap jaringan, dapat menggunakan hingga 32766 alamat IP, yang seharusnya hanya tersedia untuk alamat IP kelas B.
CIDR (CLASSES INTERDOMAIN ROUTING) digunakan untuk mempermudah penulisan notasi subnet mask agar lebih ringkas dibandingkan penulisan notasi subnet mask yang sesungguhnya. Untuk penggunaan notasi alamat CIDR pada classfull address pada kelas A adalah /8 sampai dengan /15, kelas B adalah /16 sampai dengan /23, dan kelas C adalah /24 sampai dengan /28. Subnet mask CIDR /31 dan /32 tidak pernah ada dalam jaringan yang nyata.

Masalah yang terjadi pada sistem yang lama adalah bahwa sistem tersebut meninggalkan banyak sekali alamat IP yang tidak digunakan. Sebagai contoh, alamat IP kelas A secara teoritis mendukung hingga 16 juta host komputer yang dapat terhubung, sebuah jumlah yang sangat besar.
Dalam kenyataannya, para pengguna alamat IP kelas A ini jarang yang memiliki jumlah host sebanyak itu, sehingga menyisakan banyak sekali ruangan kosong di dalam ruang alamat IP yang telah disediakan.
CIDR dikembangkan sebagai sebuah cara untuk menggunakan alamat-alamat IP yang tidak terpakai tersebut untuk digunakan di mana saja. Dengan cara yang sama, kelas C yang secara teoritis hanya mendukung 254 alamat tiap jaringan, dapat menggunakan hingga 32766 alamat IP, yang seharusnya hanya tersedia untuk alamat IP kelas B.

TABEL CIDR

CIDR DAN VLSM
CIDR DAN VLSM
CIDR DAN VLSM
VLSM
VLSM (Variable Length Subnet Mask) sebetulnya hampir sama dengan CIDR. Walaupun VLSM mempunyai ip local VLSM dapat melakukan koneksi ke internet hanya saja jaringan internet hanya mengenal IP Address berkelas.
VLSM adalah pengembangan mekanisme subneting, dimana dalam VLSM dilakukan peningkatan dari kelemahan subneting klasik, yang mana dalam clasik subneting, subnet zeroes, dan subnetones tidak biasdigunakan. selain itu, dalam subnet classic, lokasi nomor IP tidak efisien.
VLSM memberbaiki kekurangan metode conventional subnetting.Dalam subnetting tradisional, semua subnet mempunyai kapasitas yangsama. Ini akan menimbulkan masalah ketika ada beberapa subnet yang jauh lebih besar daripada yang lain atau sebaliknya. Sedangkan pada metodesubnetting VLSM semua subnet tidak harus mempunyai kapasitas yang sama, jadi bias disesuaikan dengan kebutuhan kita. Contoh :

130.20.0.0/20
Kita hitung jumlah subnet terlebih dahulu menggunakan CIDR, maka didapat
11111111.11111111.11110000.00000000 = /20
Jumlah angka binary 1 pada 2 oktat terakhir subnet adalah 4 maka
Jumlah subnet = (2x) = 24 = 16
Maka blok tiap subnetnya adalah :
  • Blok subnet ke 1 = 130.20.0.0/20
  • Blok subnet ke 2 = 130.20.16.0/20
  • Blok subnet ke 3 = 130.20.32.0/20
  • Dst.. sampai dengan Blok subnet ke 16 = 130.20.240.0/20

Selanjutnya kita ambil nilai blok ke 3 dari hasil CIDR yaitu 130.20.32.0 kemudian :
  • Kita pecah menjadi 16 blok subnet, dimana nilai 16 diambil dari hasil perhitungan subnet pertama yaitu /20 = (2x) = 24 = 16
  • Selanjutnya nilai subnet di ubah tergantung kebutuhan untuk pembahasan ini kita gunakan /24, maka didapat 130.20.32.0/24 kemudian diperbanyak menjadi 16 blok lagi sehingga didapat 16 blok baru yaitu :
    Blok subnet VLSM 1-1 = 130.20.32.0/24
    Blok subnet VLSM 1-2 = 130.20.33.0/24
    Blok subnet VLSM 1-3 = 130.20.34.0/24
    Blok subnet VLSM 1-4 = 130.20.35.0/24
    Dst.. sampai dengan Blok subnet VLSM 1-16 = = 130.20.47/24
  • Selanjutnya kita ambil kembali nilai ke 1 dari blok subnet VLSM 1-1 yaitu 130.20.32.0 kemudian kita pecah menjadi 16:2 = 8 blok subnet lagi, namun oktat ke 4 pada Network ID yang kita ubah juga menjadi 8 blok kelipatan dari 32 sehingga didapat :
    Blok subnet VLSM 2-1 = 130.20.32.0/27
    Blok subnet VLSM 2-2 = 130.20.32.32/27
    Blok subnet VLSM 2-3 = 130.20.33.64/27
    Blok subnet VLSM 2-4 = 130.20.34.96/27
    Blok subnet VLSM 2-5 = 130.20.35.128/27
    Blok subnet VLSM 2-6 = 130.20.36.160/27
    Blok subnet VLSM 2-1 = 130.20.37.192/27
    Blok subnet VLSM 2-1 = 130.20.38.224/27
    Metode VLSM hampir serupa dengan CIDR hanya blok subnet hasil daro CIDR dapat kita bagi lagi menjadi sejumlah Blok subnet dan blok IP address yang lebih banyak dan lebih kecil lagi.

Manfaat dari VLSM (Variable Length Subnet Mask)
Pada metode VLSM subnetting yang digunakan berdasarkan jumlah host, sehingga akan semakin banyak jaringan yang akan dipisahkan.Tahapan perhitungan menggunakan VLSM IP Address yang ada dihitung menggunakan CIDR selanjutnya baru dipecah kembali menggunakan VLSM. Maka setelah dilakukan perhitungan maka dapat dilihat subnet yang telah dipecah maka akan menjadi beberapa subnet lagi dengan mengganti subnetnya. Sebenarnya, metode VLSM ataupun CIDR pada prinsipnya sama yaitu untuk mengatasi kekurangan IP Address dan dilakukan pemecahan Network ID untuk mengatasi kekurangan IP Address tersebut.

Manfaat VLSM :
  1. Efisien menggunakan alamat IP karena alamat IP yang dialokasikan sesuai dengan kebutuhan ruang host setiap subnet.
  2. VLSM mendukung hirarkis menangani desain sehingga dapat secara efektif mendukung rute agregasi, juga disebut route summarization.
  3. Berhasil mengurangi jumlah rute di routing table oleh berbagai jaringan subnets dalam satu ringkasan alamat. Misalnya subnets 192.168.10.0/24, 192.168.11.0/24 dan 192.168.12.0/24 semua akan dapat diringkas menjadi 192.168.8.0/21.

Posted By Untari WidiastutiMonday, March 05, 2012